Senin, 26 Juli 2010

Hikmah Senantiasa Ada

Apabila kau melihat segala darinya,
Yang Maha Pencipta. Yang Maha Menimpakan Ujian.
Yang menjadikan sakit, yang membuat
keinginan terhalang serta menyusahkan hidup...
Apakah Allah menakdirkan segalanya sia-sia?
Bukan Allah tak tahu deritanya, hidupmu
retaknya hatimu...
Itulah yang Dia inginkan, karena Dia tahu...
hati beginilah yang selalu lunak dan mudah untuk
dekat,
akrab dengan-Nya.
Bukankah sering hati terasa amat keras dan sukar
mengalirkan air mata?
Bersyukurlah....
Bukan jalanmu tertutup...
Cuma, jalanmu dipayahkan oleh-Nya.
Mungkin dengan cara itu kamu lebih
dekat dengan-Nya...
Atau, yakinlah Allah senantiasa menghendaki
kebaikan bagi hamba-hambany-Nya.
Tabahlah, wahai hati.
Rasakan kebahagiaan lain terasa begitu indah.
Melebihi kebahagiaan ketika hati pun merasa
begitu!
Yaitu kebahagiaan kesempatan bersimpuh
dan memohon lebih besar....
Dalam hidup, terkadang lebih banyak mendapat
apa yang diinginkan,
akhirnya tahu bahwa yang diinginkan
terkadang tidak membuat hidup menjadi lebih
bahagia.
Hanya Allah Yang Maha Mengerti.......











{ Ku kutip dari novel indah "Sujud Nisa di Kaki Tahajjud-Shubuh" karya Kartini Nainggolan }

Minggu, 25 Juli 2010

1/3 malam

Ku gantungkan namamu selalu di langit langit doaku saat waktu menunjukkan sepertiga malamnya . Dan setiap namamu ku sebut tak kuasa diriku menahan tangis ini. Rasa sesak yang perih bercampur dengan cinta yang terlalu amat mendalam menjadi rasa ketakutan yang teramat sangat. Aku sakit, entah karena apa. Mungkin sakit ini karena ku sudah menyakiti hatinya. Begitu sesak rasanya hingga aku memukul dadaku sendiri.
Aku bersimpuh dengan tulus pada-Nya hingga tak ada daya. Ya Allah kuatkah aku, mengetahui seseorang yang amat ku sayang sakit hati karena ulahku sendiri, aku takut kehilangannya ya Allah. Satu kalimat yang membuatku menangis adalah saat aku meminta "Ya Allah, kembalikan dia yang seperti yang dulu, saat rasa sakit itu belum ada". Penyesalan yang betul betul membuatku terpuruk.

Ya Allah, tetapkanlah hatinya untukku. Jagalah hatinya selalu hanya untukku.
Aku teramat takut kehilangan dirinya.

Ketika Cinta Bertasbih

Bertuturlah cinta
Mengucap satu nama
Seindah goresan sabdamu dalam kitabku
Cinta yang bertasbih
Mengutus Hati ini
Kusandarkan hidup dan matiku padamu

Bisikkan doaku
Dalam butiran tasbih
Kupanjatkan pintaku padamu Maha Cinta
Sudah di ubun-ubun cinta mengusik resah
Tak bisa kupaksa walau hatiku menjerit

Ketika Cinta bertasbih Nadiku berdenyut merdu
Kembang kempis dadaku merangkai butir cinta
Garis tangan tergambar tak bisa aku menentang
Sujud sukur padamu atas segala cinta

Merpati dan Bunga Mawar

Burung merpati itu terbang rendah diantara bunga bunga indah, dibawah cerahnya langit biru. Dengan anggunnya merpati itu menari nari diatas padang bunga. Tiba tiba merpati itu tertegun dengan apa yang dilihatnya, setangkai mawar putih yang sangat indah.
Burung merpati itu mendekati mawar putih dengan perasaan penuh rasa tertarik dan terpesona
Merpati itu menyatakan cinta pada mawar putih namun, mawar putih menolaknya mentah-mentah.
Sang merpati tidak patah semangat, dia terus mencoba.
Pada akhirnya mawar putih itu berkata "buktikan jika kau benar mencintaiku"
Lalu merpati itu berkata "dengan apa aku harus membuktikannya?"
Dan mawar putih itu menjawab "aku mawar putih, coba kau buat aku menjadi mawar merah".
Kemudian merpati itu menggoreskan pisau disayapnya dan menyiramkan darahnya ke mawar putih itu menjadi mawar merah.
Ketika mawar putih yang sudah menjadi mawar merah itu menyadari kalau merpati itu benar benar mencintainya, merpati itu pun sudah tidak ada untuk selamanya....





MAKA CINTAILAH ORANG YAANG ADA DISISIMU SEKARANG, SEBELUM DIA PERGI KARENA ULAHMU.

Sabtu, 24 Juli 2010

Jalan Cinta

Aku berjalan di jalan yang tak pernah ku kenal, dengan telanjang kaki dan tampa baju hangat. Udara malam yang begitu menusuk hingga terasa dalam hati, hati yang kesepian. Jalan ini begitu gelap dan sunyi. Hanya ada suara angin yang menari nari membelai rambutku. Aku ingin cepat sampai, entah sampai dimana. Aku terus coba berjalan dan terus berjalan sampai telapak kakiku lecet karena aspal yang keras dan dingin. Ku tak melihat apa pun di kanan dan kiriku, yang ada hanya bangunan tua yang berdiri kokoh dan angkuhnya. Udara semakin dingin. Bibirku mengering dan gemetar. Aku ingin cepat cepat menemukan kehangatan.
Aku melihat sesuatu di ujung jalan, tak tahu persis itu apa. Entah cahaya atau fatamorgana. Aku menghampiri sesuatu itu dengan berlari, entah apa yang mendorongku ingin berlari. Aku terus berlari, tak peduli telapak kakiku berdarah, aku hanya ingin cepat cepat menggapai sesuatu itu.
Ketika aku mendekat, aku terkejut. Aku berdiri bagai patung, sangat kaku. Bibirku terkatup katup, ingin bicara tapi tak bisa. Dia, sang cahaya itu, tersenyum hangat padaku. Pandanganku tak bisa berpaling dari kedua bola matanya yang teduh. Sang cahaya itu mendekat dan mengulurkan tangannya padaku lalu berkata, "Ikutlah aku". Aku ragu dan terdiam. "Ikutlah aku, kau akan menemukan hidupmu walau jalannya terjal berliku". Aku tetap diam. "Kau akan menemukan cinta, cinta yang bahagia, cinta yang kasih, cinta yang takut kehilangan, cinta yang membuatmu merana dan bersedih, cinta yang membuatmu resah dan gelisah setiap saat". Aku berkata lirih "Aku ragu, aku takut tidak sanggup". Kemudian dengan lembut dia meraih tanganku dan berbisik "Melalui cinta yang seperti ini, kamu akan menemukan kembali hidupmu".

Aku terbuai... Mengikutinya sampai aku tiba di sini, di hatinya yang sudah ku sakiti.